Presiden Jokowi menerima ulama dari berbagai daerah di tanah air, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (4/4) siang. (Foto: Humas/Rahmat) |
Independen.Net - Usai memimpin Sidang Kabinet Paripurna, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima sekitar 20-an ulama dari berbagai daerah di tanah air, di antaranya K.H. Syukron Makmun, K.H. Sanusi Baco, Prof. Dr. Maman Abdurrahman, K.H. Ahmad Sadeli Karim, K.H. Hasib Wahab Hasubullah, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (4/4) siang.
Presiden Jokowi menyampaikan penghargaan peran dan seluruh usaha para ulama dalam membina umat Islam, dalam mengawal umat Islam, sehingga kita semuanya dapat memelihara semangat kebersamaan, semangat kedamaian.
“Ini juga berkat bimbingan para ulama dalam mendinginkan suasana di kotanya, di daerahnya, dalam menyejukkan kita semuanya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Presiden.
Presiden menitipkan pesan kepada para ulama agar kesejukan dalam mendinginkan situasi kota, daerah, maupun negara ini, terus dijaga bersama-sama antara ulama dan umaro (pemimpin), sehingga negara kita selalu dalam keadaan damai.
Hanya Kalah Dari India dan China
Dalam kesempatan Presiden Jokowi menyampaikan secara umum sekilas kondisi ekonomi Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Ia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 lalu dalam kondidi baik, yaitu 5.02%.
Kalau dibandingkan dengan negara yang lain, dengan negara-negara G-20 misalnya, negara-negara besar, menurut Presiden, kita hanya kalah dengan India dan China.
Sementara posisi pengendalian harga yang tercermin dari inflasi, menurut Presiden, terus bisa kita jaga pada posisi 3,02%. Padahal, sebelumnya biasanya pada kondisi 8 – 9 persen. “Sehingga inilah yang akan terus kita lakukan dalam menjaga ekonomi negara kita,” ujar Presiden.
Tetapi, tantangan terberat negara kita, bangsa kita, menurut Presiden, adalah masalah kesenjangan, masalah keadilan ekonomi, masalah pemerataan ekonomi.
“Memang tadi sudah kami sampaikan bahwa pertumbuhan ekonominya pada posisi 5,02, ini sangat baik kalau dibandingkan dengan negara-negara yang lain. Tapi memang pertanyaannya, sekarang yang banyak kami dengarkan dari kampung, dari desa, dari daerah, 5 persen itu yang mendapatkan siapa, Pak Presiden? Siapa yang mendapatkan? Apakah kita, apakah kami?,” ungkap Presiden seraya menambahkan, itulah yang perlu dijawab pemerintah dengan kebijakan dan program yang akan dilakukan.
Para ulama yang menemui Presiden Jokowi itu adalah: 1. K.H. Irfan Wahid (Ponpers Tebu Ireng, Jombang); 2. K.H. Sanusi Baco (Rois Syuriah NU, Sulsel); 3. Dr. Hardadi (Cendekiawan Muslim); 4. K.H. Syukron Makmun (Ponpes Darurohman, Jakarta); 5. K.H. Drs. Ahmad Musthofa (Ponpes Modern Pabelan, Magelang); 6. K.H. Abdullah Zaini (Ponpes Al Irsyad, Jakarta); 7. K.H. Muhtadi Dimyati (Ponpes Cidahu, Pandeglang, Banten); 8. Prof. Dr. Maman Abdurrahman (Ketua Majelis Penasihat Persis); 9. Dr. K.H. Jeje Jainudin (Wakil Ketua Umum Persatuan Islam); 10. Ust. Ahmad Parlaungan Tanjung (Ponpes Darunnajah, Jakarta).
Selain itu 11. Dr. Rahman Sabon Nama (Cendekiawan Muslim); 12. Dr. Yusnar Yusuf Rangkuti (ketua Umum Al Wasliyah); 13. K.H. Ahmad Sadeli Karim (Ketua Umum Math’laul Anwar, Serang, Banten); 14. Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Majid (Ketua Umum Nahdlatul Wathan, Mataram); 15. Dr. Ir. Lukmanul Hakim (Ketua Umum Al Ittihadiah); 16. K.H. Sholeh Hasan (Ponpes Khoriatul Ummah, Bandung); 17.K.H. Hasib Wahab Hasbullah (Ponpes Tambak Beras, Jombang); 18. K.H. Subhan Makmun (Ponpes Assalafiyah, Brebes); 19. K.H. Jazuli Kasmani; dan 20. K.H. Aris Ni’matullah(Ponpes Buntet, Cirebon). (RMI/FID/RAH/ES)
Posting Komentar